
SYDNEY - Sejumlah media Australia mengecam keras keputusan Tottenham Hotspur memecat pelatih Ange Postecoglou. Mereka menyebut langkah tersebut sebagai "kesalahan besar" dan menilai pelatih asal Australia itu telah membuktikan diri sebagai sosok pemenang. Postecoglou tercatat sebagai pelatih Australia tersukses di luar negeri. Bersama Spurs, ia berhasil mempersembahkan trofi Eropa pertama klub dalam 41 tahun terakhir sekaligus mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan.
Namun, performa buruk di kompetisi domestik—terburuk sejak klub terdegradasi pada musim 1976/1977—membuatnya kehilangan jabatan. The Lilywhites musim ini hanya finis di peringkat ke-17 Liga Primer Inggris, satu strip di atas zona degradasi.
Sydney Morning Herald menyebut keputusan bos Spurs, Daniel Levy, sebagai tindakan "kejam" yang mungkin akan disesali klub di kemudian hari. Media itu menyindir, "Sekarang akan selalu ada pertanyaan 'bagaimana jika' yang tak terjawab soal musim ketiga Postecoglou di Spurs. Dan tampaknya tak ada harapan penggantinya mendapat dukungan cukup untuk memuaskan Levy, yang lebih mementingkan posisi klasemen ketimbang meraih gelar."
Mantan pemain timnas Australia dan West Ham, Robbie Slater, juga mengkritik keputusan tersebut. Dalam kolomnya di The Australian, Slater menyebut pemecatan Postecoglou sebagai "kesalahan besar". Ia menulis, "Levy menempatkan diri dalam posisi sulit. Ia sudah tidak disukai fans Spurs, dan kini mengambil risiko besar. Ange selalu bilang 'musim ketiga lebih baik daripada musim kedua'. Semoga sukses dengan itu, Spurs."
Stasiun TV nasional ABC memberikan kritik lebih halus, menyatakan bahwa Postecoglou memang menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan posisinya. Namun, mereka mempertanyakan logika pemecatan pelatih yang telah memenuhi janji membawa trofi di musim keduanya.
ABC menulis, "Ia sudah membuktikan diri sebagai pemenang di semua liga tempat ia melatih—mulai Skotlandia, Australia, Jepang, hingga Inggris. Pemecatan ini konsisten dengan reputasi Tottenham dalam menyia-nyiakan peluang menjanjikan dan membuat kehidupan para pendukungnya tak nyaman—bahkan menyiksa."