
JAKARTA - Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya menjadi solusi pemenuhan gizi anak Indonesia, tetapi juga membuka peluang pasar baru bagi investasi di sektor pangan dan peternakan nasional.
Epi Taufik, Tim Pakar Bidang Susu BGN sekaligus Guru Besar IPB, menjelaskan bahwa program ini akan menciptakan pasar yang stabil karena negara akan membeli bahan pangan setiap hari untuk operasional 30.000 dapur MBG. "Ini uang dari pajak rakyat yang kembali lagi ke rakyat," ujarnya dalam acara BGN Talks Episode 2 yang ditayangkan di YouTube resmi BGN.
Ketika program MBG berjalan penuh, kebutuhan harian diperkirakan mencapai 300 kilogram daging ayam, 3.000 butir telur, dan 400 liter susu per dapur. Epi menekankan bahwa produksi nasional saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, bahkan jika baru 10.000 dapur yang beroperasi.
Kondisi ini menjadi peluang besar bagi peternak rakyat dan industri pangan untuk meningkatkan produksi, sekaligus menarik minat investor. "Dulu cari investor sulit, sekarang sudah jelas ada yang membeli setiap hari. Ini new emerging market," tambahnya.
Saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 3,7 juta ton susu per tahun, namun target jangka panjang MBG adalah mendorong swasembada pangan, bukan memperbesar ketergantungan impor. Program ini diharapkan menjadi stimulus bagi peternak untuk menambah sapi, membuka peternakan baru, dan meningkatkan kapasitas produksi.
Epi juga menyebut MBG sebagai strategi nasional menghadapi krisis masa depan, mengingat ketahanan pangan dan energi menjadi kunci utama dalam situasi darurat seperti pandemi atau perang. "Waktu Covid-19, semua negara menahan cadangan pangan. Kalau kita punya produksi sendiri, kita bisa bertahan," tegasnya.