
JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan bahwa masalah kekurangan gizi mikro memiliki dampak serius yang melampaui aspek kesehatan individu. Kondisi ini dinilai turut menghambat pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Diah Lenggogeni, menekankan pentingnya fortifikasi pangan sebagai langkah strategis dalam pembangunan sumber daya manusia yang inklusif.
Dalam acara Large Scale Food Fortification (LSFF) untuk Kesehatan, Status Gizi, dan Produktivitas di Jakarta, Diah menjelaskan bahwa kebijakan fortifikasi pangan sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan dan visi Indonesia Emas 2045. Forum tersebut menjadi platform koordinasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah pusat, daerah, asosiasi produsen pangan, akademisi, serta lembaga swadaya masyarakat.
Bappenas memberikan apresiasi terhadap peluncuran Millers for Nutrition di Indonesia, sebuah koalisi global yang mendukung industri pangan dalam implementasi fortifikasi. Diah berharap koalisi ini dapat memperkuat dialog kebijakan antara pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi yang berorientasi pada implementasi nyata di lapangan.
Fortifikasi pangan dinilai sebagai intervensi kritis untuk mengatasi defisiensi iodium, zat besi, dan vitamin A melalui pengayaan bahan pokok seperti tepung terigu, minyak goreng, dan beras. Masalah gizi mikro ini berdampak langsung pada penurunan produktivitas masyarakat dan menjadi hambatan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Nina Sardjunani dari Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) menjelaskan bahwa kolaborasi dengan TechnoServe melalui program Millers for Nutrition bertujuan memastikan fortifikasi pangan berjalan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Program ini fokus pada konsistensi kebijakan fortifikasi wajib dan peningkatan kualitas implementasi.
Monojit Indra dari TechnoServe menambahkan bahwa pendekatan Millers for Nutrition bersifat kolaboratif dengan melibatkan pelaku industri tepung terigu, beras, dan minyak goreng. Program yang didanai Gates Foundation sejak 2023 ini telah beroperasi di delapan negara, termasuk Indonesia, dengan target 1 miliar orang mendapatkan akses pangan terfortifikasi layak pada 2026.
Meski mengakui target yang ambisius, Monojit meyakini bahwa kemitraan strategis dengan para ahli fortifikasi global dapat mempercepat pencapaian tujuan tersebut. Inisiatif ini diharapkan tidak hanya memperbaiki status gizi masyarakat tetapi juga mendongkrak produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh.