PURWOREJO - Rencana penerapan sistem lima hari sekolah di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mendapat penolakan keras dari berbagai pihak termasuk kalangan kiai, pengelola madrasah diniyah, dan anggota DPRD. Usulan yang diajukan PGRI Purworejo ini dinilai akan mengganggu aktivitas pendidikan keagamaan siswa di luar jam sekolah.
Ketua PGRI Purworejo Irianto Gunawan menjelaskan usulan ini bertujuan meningkatkan efektivitas kerja guru dan memberi waktu lebih bagi pengembangan diri siswa. "Dengan lima hari sekolah, siswa punya lebih banyak waktu untuk keluarga tanpa mengurangi jam belajar, hanya ditambah 35 menit per hari," ujarnya Sabtu (5/7).
Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Purworejo menjadi pihak paling vokal menolak. Ketua FKDT Churdaini khawatir kebijakan ini akan berbenturan dengan jam belajar madrasah diniyah yang biasanya sore hari. "Ini bisa menggerus eksistensi madin dan bertentangan dengan visi Purworejo sebagai daerah religius," tegasnya.
Meski mendapat penolakan, PGRI tetap berharap usulan ini bisa didiskusikan lebih lanjut. Irianto mencontohkan keberhasilan penerapan sistem serupa di daerah lain yang bisa diadaptasi dengan menyesuaikan kondisi lokal. Pro kontra ini memicu perdebatan tentang keseimbangan antara pendidikan formal dan keagamaan di masyarakat.
