
SIDOARJO – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Satgas Gabungan terus melanjutkan operasi darurat pasca-ambruknya Musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Sabtu (4/10/2025), fokus utama penanganan diarahkan pada upaya pencarian dan pertolongan (SAR), identifikasi jenazah korban, serta pendampingan bagi keluarga yang terdampak. Berdasarkan data terbaru pukul 12.00 WIB, tercatat 167 orang menjadi korban, terdiri dari 104 orang selamat, 14 meninggal dunia, dan 49 masih dalam pencarian.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa tim gabungan yang terdiri dari lebih 400 personel masih bekerja 24 jam dalam tiga shift untuk mempercepat evakuasi. “Kita tidak pernah kekurangan personel. Mereka terus bekerja secara profesional,” ujarnya. Pencarian dilakukan menggunakan metode manual dan bantuan alat berat guna menembus reruntuhan bangunan empat lantai yang menyulitkan akses tim SAR.
Suharyanto menjelaskan, setiap jenazah yang ditemukan langsung dibawa ke posko Disaster Victim Identification (DVI) untuk proses identifikasi. Prosedur ini menjadi krusial karena sebagian korban sulit dikenali akibat tertimpa material. Tim DVI yang terdiri dari unsur kepolisian dan tenaga medis menggunakan metode forensik serta data antemortem dan postmortem untuk memastikan identitas korban secara akurat sebelum diserahkan kepada keluarga.
Proses identifikasi sempat mengalami kendala karena sebagian besar korban masih berusia anak-anak dan belum memiliki dokumen kependudukan resmi. Sebagai solusi, tim DVI memanfaatkan data sekunder seperti ijazah, catatan medis, dan keterangan keluarga, termasuk pencocokan DNA jika diperlukan. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat kejelasan identitas korban tanpa mengurangi keakuratan hasil identifikasi.
BNPB juga menginstruksikan pembukaan posko pelaporan dan pengaduan keluarga korban yang terintegrasi dengan pusat informasi resmi. Melalui posko ini, keluarga dapat melaporkan anggota yang belum ditemukan dan mendapatkan pembaruan terkini terkait proses SAR. Selain itu, tim konselor dari Dinas Sosial, Polri, dan relawan memberikan dukungan psikososial bagi keluarga yang tengah menunggu hasil identifikasi maupun pemulangan jenazah.
Untuk mendukung operasi lapangan, BNPB memastikan seluruh kebutuhan logistik, peralatan SAR, makanan siap saji, dan layanan kesehatan terus disalurkan. Kepala BNPB juga mengapresiasi kerja keras seluruh unsur yang terlibat. “Penanganan darurat ini bukan hanya tentang pencarian korban, tetapi juga memastikan keluarga mendapatkan pendampingan dan hak mereka terpenuhi. Semua unsur bekerja bersama tanpa mengenal lelah,” pungkas Suharyanto.