
JAKARTA – Beberapa driver ojek online (ojol) di Jakarta Utara memutuskan untuk tidak bergabung dalam aksi unjuk rasa di sekitar Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Senin (21/7/2025). Alasannya, mereka khawatir akan menimbulkan konflik dengan keluarga jika pulang tanpa membawa uang.
Salah satu driver bernama Dedi (50) mengaku pernah mengalami pertengkaran dengan istrinya setelah mengikuti demo sebelumnya. "Dulu pernah ikut sekali, tapi di rumah malah berantem karena pulang tanpa uang sepeser pun," ujar Dedi saat ditemui di Koja, Jakarta Utara.
Meski ingin mendukung perjuangan rekan-rekannya, Dedi merasa tidak memiliki pilihan lain. Ia berharap aksi kali ini bisa membawa hasil positif, terutama terkait tuntutan penurunan persentase pemotongan tarif oleh platform. "Potongan tarif terlalu besar dan merugikan kami, tapi kami tetap harus mencari nafkah," tambahnya.
Driver lain, Patra (40), juga memilih bekerja seperti biasa karena harus memenuhi kebutuhan keluarga. Ia mengaku tidak mendapat informasi jelas tentang rencana demo dan melihat mayoritas rekan di wilayahnya juga tidak berpartisipasi. "Dulu pernah ikut demo, tapi sekarang lebih memprioritaskan mencari uang untuk keluarga," jelas Patra.
Aksi yang digelar ribuan pengemudi ojol, taksi online, dan kurir ini bertajuk "Korban Aplikator: Aksi 217". Mereka menuntut pemerintah segera menindaklanjuti keluhan yang telah disampaikan sejak aksi 20 Mei 2025 dan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI.
Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menyatakan kenaikan tarif 15 persen justru tidak meningkatkan kesejahteraan pengemudi. Sebagai bentuk protes, para peserta aksi melakukan mogok menerima orderan sepanjang hari. Mereka juga mengimbau masyarakat pengguna layanan transportasi online untuk mempersiapkan alternatif transportasi selama aksi berlangsung.