
JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengakui bahwa target perbaikan sistem administrasi perpajakan Coretax dalam waktu satu bulan ternyata terlalu optimistis. Kendala utama yang dihadapi adalah adanya keterikatan kontrak dengan pihak LG, perusahaan asal Korea Selatan yang menjadi pengembang utama sistem tersebut.
            
"Jadi ya, satu bulan tidak cukup merombak keseluruhan Coretax. Wah gue salah, saya bilang satu bulan, tapi karena kendala tadi kita enggak bisa masuk, karena ada kontrak," ujar Purbaya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 24/10/2025. Ia menjelaskan bahwa meski perangkat lunak yang dikelola teknisi Indonesia sudah banyak diperbaiki, bagian yang masih di bawah kendali LG belum bisa disentuh karena kontrak baru berakhir pada Desember 2025. "Ternyata masih ada bagian-bagian yang terikat kontrak dengan pihak LG... baru Desember dikasih ke kita ya," ucapnya.
Purbaya juga mengungkapkan bahwa sistem Coretax sempat diretas dan data hasil peretasan dijual ke luar negeri. "Kemarin kan ada data Coretax, ternyata dijual di luar ya, ada yang bolong gitu," kata Purbaya. Namun ia memastikan bahwa tingkat keamanan siber kini sudah meningkat drastis. "Dulu cyber security-nya 30 dari 100, sekarang sudah 95 plus. Jadi kalau udah nilai, sudah A plus itu security-nya," ujarnya. Peningkatan keamanan ini dilakukan melalui pengujian oleh ethical hacker Indonesia yang menurut Purbaya memiliki kemampuan yang diakui secara internasional.
Dalam evaluasi teknis, Purbaya mengungkapkan kualitas sumber daya manusia dari pihak LG yang dinilai kurang memadai. "Begitu mereka dapet source code-nya, dilihat sama orang saya, dia bilang, 'wah ini programmer tingkat baru lulusan SMA'. Jadi yang dikasih ke kita bukan orang jago-jagonya kelihatannya," ujar Purbaya. Konsorsium LG CNS–Qualysoft diketahui menjadi pemenang tender pengadaan Coretax dengan nilai proyek mencapai Rp 1,228 triliun.
            
Purbaya menyampaikan empat poin utama hasil evaluasi terhadap Coretax. Pertama, masalah kritis mulai tertangani dimana keluhan seperti tidak bisa login, timeout, dan gagal upload faktur atau bupot kini berkurang. Kedua, perbaikan aplikasi belum menyeluruh karena waktu sebulan hanya cukup untuk penanganan sementara. Ketiga, keamanan dan infrastruktur sudah membaik namun masih perlu disederhanakan agar efisien. Keempat, ketergantungan pada pihak asing perlu diakhiri dengan pengembangan selanjutnya sebaiknya dilakukan oleh pengembang lokal.
Purbaya menargetkan seluruh perbaikan Coretax dapat rampung pada Januari 2026, setelah sistem sepenuhnya dikelola pemerintah. "Adanya ketergantungan pada pihak asing nanti ke depan akan kita putus, apalagi kalau kualitas jelek seperti itu," ucapnya. Ia menegaskan bahwa pengembang lokal memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola sistem besar seperti Coretax.
            
Namun, Manajer Riset Center for Indonesia Taxation Analysis, Fajry Akbar, menilai perbaikan Coretax belum menunjukkan hasil signifikan. "Sedari dulu, sepengetahuan saya, masalah utama soal Coretax adalah soal akses yang lemot itu. Tapi sampai sekarang belum ada perubahan berarti," ujar Fajry. Ia menambahkan bahwa pergantian pejabat di Kementerian Keuangan maupun Direktorat Jenderal Pajak belum membawa dampak besar terhadap perbaikan sistem.


























