
Gaya hidup malas gerak alias mager kini tak bisa lagi dianggap sepele. Terlalu sering duduk, rebahan, atau tidak banyak bergerak ternyata berisiko serius terhadap kesehatan tubuh dan fungsi otak. Bahkan, kebiasaan ini bisa meningkatkan kemungkinan mengalami demensia di masa depan.
Hal itu disampaikan oleh dr. Widya Eka Nugraha, dosen Fakultas Kedokteran IPB University. Menurutnya, mager atau gaya hidup sedenter bukan sekadar jarang olahraga, tapi bisa berarti minim gerakan sama sekali sepanjang hari.
Duduk Lebih dari 15 Menit Sudah Berisiko
Dr. Widya menjelaskan, aktivitas dengan nilai METs (metabolic equivalents) ≤1,5 seperti duduk atau berbaring tanpa gerakan termasuk dalam kategori sedenter. Jika lebih dari 6 jam sehari dihabiskan hanya untuk aktivitas pasif, itu pertanda gaya hidup sedenter.
Yang mencengangkan, duduk terlalu lama dalam satu sesi—lebih dari 15 menit—sudah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini. Ini berlaku bahkan bagi orang yang rajin olahraga, jika tetap duduk tanpa jeda selama berjam-jam.
“Kalau bisa berdiri, jangan duduk. Tubuh kita tidak didesain untuk diam terus-menerus,” ujar dr. Widya.
Risiko Demensia hingga Gangguan Metabolisme
Selain melemahkan otot, duduk dalam waktu lama juga berdampak pada sistem metabolisme. Ketika tubuh jarang bergerak, aliran darah melambat, otot kehilangan fungsi, dan tubuh kesulitan mengatur kadar gula serta kolesterol.
Dampaknya bisa meluas hingga ke otak. Kurangnya aktivitas fisik dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif dan memicu kepikunan lebih dini. Dalam jangka panjang, gaya hidup mager bisa memperbesar risiko demensia dan kematian dini.
“Tubuh kita butuh bergerak agar semua sistem bekerja optimal, termasuk otak,” tambahnya.
Langkah Sederhana agar Tetap Aktif
Untuk mengurangi risiko buruk ini, dr. Widya menganjurkan menerapkan jeda aktif setiap duduk lama. Cukup dengan berdiri atau berjalan selama beberapa menit bisa membuat perbedaan besar dalam kesehatan jangka panjang.
Gunakan standing desk, naik sepeda bila memungkinkan, dan berdiri saat di kendaraan umum. “Kalau kita bisa pilih aktif, pilih aktif,” sarannya.
Ia juga menyarankan menyediakan perlengkapan penunjang seperti sepatu olahraga dan pakaian nyaman agar tubuh tetap siap bergerak kapan pun.