Breaking News :
KanalLogoLogo
Kamis, 29 Mei 2025

Kesehatan

Angka Stunting Nasional Turun ke 19,8%, Kemenkes Targetkan Capai 14,2% pada 2029

Mita BerlianaSelasa, 27 Mei 2025 08:09 WIB
Angka Stunting Nasional Turun ke 19,8%, Kemenkes Targetkan Capai 14,2% pada 2029

bayi stunting

ratecard

Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang menunjukkan penurunan angka stunting nasional menjadi 19,8%. Angka ini turun dari 21,5% pada tahun sebelumnya, sekaligus melampaui target pemerintah sebesar 20,1% untuk tahun 2024.  

Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara diseminasi di Auditorium Siwabessy, Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (26/5). Dalam sambutannya, Menkes mengapresiasi capaian ini namun mengingatkan bahwa tantangan ke depan masih besar.  

"Target kita tahun lalu 20,1 persen. Alhamdulillah, hasilnya 19,8 persen. Artinya, kita berhasil melampaui target sebesar 0,3 persen," ujar Budi. Namun, ia menekankan bahwa pemerintah tetap harus bekerja keras untuk mencapai target berikutnya, yaitu menurunkan prevalensi stunting menjadi 18,8% pada 2025 dan 14,2% pada 2029 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).  

Menkes menyebutkan enam provinsi dengan jumlah balita stunting tertinggi yang menjadi fokus penanganan, yaitu Jawa Barat (638 ribu balita), Jawa Tengah (485.893 balita), Jawa Timur (430.780 balita), Sumatera Utara (316.456 balita), NTT (214.143 balita), dan Banten (209.600 balita).  

"Kalau enam provinsi ini bisa kita turunkan 10 persen, maka nasional bisa turun 4-5 persen," tegas Budi. Ia menjelaskan bahwa keberhasilan penanganan stunting di provinsi-provinsi ini akan sangat berpengaruh pada capaian nasional.  

Budi menekankan pentingnya intervensi sejak masa kehamilan untuk mencegah stunting. Beberapa langkah yang terus digencarkan antara lain distribusi tablet tambah darah, pengukuran lingkar lengan ibu hamil, pemeriksaan hemoglobin (Hb), dan suplementasi mikronutrien.  

"Stunting itu dimulai dari kandungan. Jangan sampai ibu hamil anemia atau kurang gizi," jelasnya. Selain itu, program penguatan Posyandu juga terus dilakukan, termasuk distribusi 300 ribu alat antropometri, dukungan ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan (PMT), dan imunisasi.  

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes, Prof. Asnawi Abdullah, menyampaikan bahwa penurunan angka stunting ini berhasil menyelamatkan sekitar 337 ribu balita dari risiko stunting. Angka ini lebih tinggi dari target RPJMN sebesar 325 ribu.  

Namun, Asnawi mengingatkan adanya kesenjangan prevalensi stunting antarwilayah dan kelompok sosial ekonomi. "Kelompok pendapatan sangat rendah jauh lebih rentan terhadap stunting. Ini perlu jadi fokus intervensi," ujarnya.  

SSGI 2024 dilakukan di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota dengan dukungan berbagai pihak, termasuk WHO, CEMMIO, RedPhone, dan Prospera. Data hasil survei ini dapat diakses publik melalui situs resmi BKPK Kemenkes untuk digunakan dalam perencanaan dan evaluasi program.  

"Data ini harus dimanfaatkan untuk perencanaan dan evaluasi program, agar kebijakan benar-benar berdampak," tutup Asnawi.  

Meski telah mencapai kemajuan signifikan, pemerintah menyadari bahwa upaya penurunan stunting masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kesenjangan akses layanan kesehatan dan gizi di daerah terpencil. Selain itu, perubahan pola konsumsi makanan bergizi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting juga menjadi faktor kunci.  

Untuk itu, Kemenkes akan terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta. Dengan kerja sama yang solid, target penurunan stunting menjadi 14,2% pada 2029 diharapkan dapat tercapai.  

Pilihan Untukmu