Breaking News :
KanalLogoLogo
Minggu, 25 Mei 2025

Motivision

Mikrodrama, Format Drama China yang Makin Digemari Gen Z Indonesia

Mita BerlianaSelasa, 20 Mei 2025 18:40 WIB
Mikrodrama, Format Drama China yang Makin Digemari Gen Z Indonesia

Mikrodrama China

ratecard

Fenomena mikrodrama asal China tengah menguasai lini masa media sosial Indonesia. Format video pendek berdurasi beberapa menit ini dianggap sebagai solusi hiburan instan di tengah rutinitas padat, terutama bagi kalangan muda. Gen Z menjadi kelompok paling aktif menikmati tren ini karena formatnya yang praktis dan alur ceritanya yang menggugah emosi.

Menurut laporan China Xinhua News pada Selasa (20/5), mikrodrama pertama kali populer di China dan bahkan menghasilkan pendapatan industri yang luar biasa sepanjang tahun 2024. Kini, popularitasnya merambah ke negara lain, termasuk Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan bermunculannya platform streaming khusus mikrodrama yang mengakomodasi kebutuhan tontonan cepat dan menarik.

Gen Z dan Gaya Nonton Serba Kilat

Putri (25), seorang karyawan di Jakarta, mengaku awalnya tidak terlalu menyukai drama China. Namun, karena sering terpapar mikrodrama di media sosial, ia akhirnya ikut menontonnya. “Karena sering lewat di timeline, ya lama-lama ditonton juga buat isi waktu luang,” katanya kepada Kompas.com.

Senada dengan Putri, Nura (26) juga mengaku ketagihan menonton karena durasi videonya yang singkat dan bisa diakses dengan mudah lewat TikTok. "Nggak bikin bosan, bisa scroll terus, dan kebanyakan lucu-lucu," ujarnya.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana Gen Z memanfaatkan format konten cepat untuk hiburan, berbeda dari generasi sebelumnya yang terbiasa menonton drama berdurasi panjang seperti drama Korea (drakor).

Cerita Ringkas, Emosi Meledak

Daya tarik utama dari mikrodrama bukan hanya durasi pendek, tapi juga cerita yang padat konflik dan sering kali dilengkapi dengan plot twist di setiap episodenya. Wina (25) mengatakan, meski akting para pemain biasa saja, tapi ceritanya sangat dekat dengan realitas sosial, terutama soal konflik rumah tangga dan perselingkuhan.

“Endingnya selalu bikin penasaran. Jadi meskipun satu episode cuma 3 menit, aku bisa habisin waktu lama buat nonton terus,” jelas Wina. Format vertikal juga membuatnya nyaman menonton di ponsel sambil beraktivitas.

Sofia (24), yang awalnya tidak tertarik dengan drama luar negeri, bahkan ikut terseret dalam emosi ketika menonton mikrodrama. "Kadang bikin greget, jadi pengen nonton sampai akhir," katanya.

Model Konsumsi dan Tantangan Berbayar

Menariknya, meski banyak yang menonton hingga puluhan episode, sebagian besar dari mereka enggan membayar untuk konten premium. Febri (25) mengaku lebih memilih mencari versi gratisan di platform lain ketimbang membayar untuk episode akhir. “Karena kepo aja, jadi cari kelanjutannya di video lain yang gratis,” ungkapnya.

Namun, ini tidak menghambat pertumbuhan industri. Firma analis Omdia melaporkan bahwa lima aplikasi mikrodrama teratas di Asia telah mengumpulkan 150 juta pengguna aktif bulanan pada Februari 2025. Perusahaan asal China pun mencatat lonjakan tajam dalam genre ini sepanjang tahun lalu.

Format Pendek, Dampak Panjang

Mikrodrama bukan sekadar tren hiburan sesaat. Ia mencerminkan perubahan besar dalam kebiasaan menonton masyarakat, khususnya Gen Z yang gemar konten cepat, dramatis, dan mudah diakses. Dengan formula yang sesuai dengan gaya hidup digital masa kini, mikrodrama kemungkinan besar akan terus berkembang dan mempengaruhi bentuk produksi hiburan masa depan.

Pilihan Untukmu