
JAKARTA – Pemerintah Indonesia berhasil menurunkan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia dari 32% menjadi 19%. Penurunan ini menjadi capaian strategis setelah negosiasi intensif antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump. Indonesia menjadi negara pertama yang menyepakati kebijakan ini pasca pernyataan resmi dari pemerintah AS pada Juli 2025.
Dalam agenda sosialisasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (21/7), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut penurunan tarif ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tarif terendah di kawasan ASEAN. Tarif yang dikenakan lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Filipina (20%), Malaysia dan Brunei (25%), Thailand dan Kamboja (36%), serta Myanmar dan Laos (40%). Bahkan lebih kompetitif dari negara eksportir tekstil seperti Bangladesh (35%), Sri Lanka (30%), Pakistan (29%), dan India (27%).
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia juga terus menyempurnakan struktur tarif bea masuk secara umum melalui kebijakan MFN (Most Favoured Nation). Berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022, dari total 11.555 pos tarif, sekitar 11,7% (1.347 pos) memiliki tarif 0%, sementara 47,1% (5.448 pos) dikenai tarif 5%. Melalui kerja sama seperti ASEAN-China FTA, IEU-CEPA, hingga perjanjian dagang dengan Jepang, Kanada, dan Australia, Indonesia juga telah memperluas akses ekspor dengan mayoritas tarif 0%.
Selain menyepakati penurunan tarif, kedua negara juga menyelesaikan sejumlah hambatan non-tarif (non-tariff barriers) yang selama ini menghambat kelancaran perdagangan. Hasil lengkap perundingan ini akan dituangkan dalam joint statement resmi yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Menko Airlangga menegaskan bahwa pembelian beberapa produk asal AS sebagai bagian dari kesepakatan tidak akan merugikan neraca perdagangan Indonesia. Komoditas seperti gandum, kedelai, dan energi yang akan dibeli dari AS sejatinya sudah diimpor dari negara lain. Kini hanya bergeser sumber asalnya. Menurutnya, langkah ini justru bisa menguntungkan karena memperkuat posisi tawar Indonesia.
Penurunan tarif dinilai memberikan manfaat strategis seperti menjaga daya saing ekspor, ketahanan pangan, dan sektor ketenagakerjaan nasional. Airlangga menekankan bahwa sekitar 1 juta tenaga kerja di industri padat karya akan terlindungi dengan keputusan ini. “Kalau ini tidak diberikan, 1 juta orang bisa kehilangan pekerjaan. Amerika ingin menjadi partner Indonesia, the third largest democratic country and the largest economy in Southeast Asia,” ujarnya.